STUDI PENENTUAN KEDALAMAN AQUIFER TERTEKAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOLISTRIK PADA LAHAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
ABSTRAK
Air merupakan sumber kehidupan, tanah yang mengandung air dibedakan menjadi 2 kondisi yaitu tanah dengan kondisi tidak jenuh air dan tanah dengan kondisi jenuh air, untuk tanah yang jenuh dengan air dibagi lagi menjadi 2 yaitu akuifer tertekan dan akuifer tidak tertekan, pada penelitian ini dilakukan di lokasi yang akan didirikannya fakultas kedokteran, mengingat pada fakultas kedokteran nantinya sangat membutuhkan jumlah air yang besar baik itu untuk kegiatan perkuliahan termasuk praktikum serta rumah sakit kecil. Penentuan kedalaman air tanah pada fakultas kedokteran digunakan metode geolistrik dengan menggunakan metode shclumberger ataupun metode ini disebut sebagai sounding, metode ini merupakan metode yang sangat sensitive terhadap pengaruh perubahan kedalaman sehingga metode shclumberger sangat cocok untuk survey air tanah. Dari hasil survey air tanah maka didapatkan kedalaman air tanah khususnya aquifer tertekan terdapat pada kedalaman 35.8 meter dengan nilai resitivitas 132 ohm meter, selain kedalaman aquifer bentuk stratifikasi tanah daerah penelitian tersusun atas tanah penutup berupa tanau pasir kelauan bercampur gambut dengan nilai resitivitas sebasar 179 ohm meter dengan ketebalan 3.68 meter, lapisan pasir 3108 ohm meter dengan ketebalan 15.5 meter dan lapisan batuan pada kedalaman 35.8 meter
PERBANDINGAN HASIL ANALISA GAYA GEMPA ARAH LATERAL ANTARA TINJAUAN MIKROZONASI DAN SNI 1726 – 2002 DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATIK EKUIVALEN
ABSTRAK
Gempa merupakan fenomena alam yang kedatangannya selalu membawa kerugian baik secara finansial maupun korban jiwa. Di Indonesia sendiri terdapat 3 lempeng aktif dunia yang saling bertabrakan sehingga menyebabkan wilayah Indonesia sering terjadi gempa bumi. Pada SNI – 1726 tahun 2002 Tiaka masuk pada Zonasi 4 dengan percepatan puncak batuan dasar 0.225 g dan untuk tanah sedang 0.35 g tanah lunak 0.42 g dan tanah keras 0.28 g, dengan melihat percepatan tanah yang maksimum cukup besar tentu saja dapat menghasilkan nilai koefisien gempa dasar yang besar pula sehingga pada penelitian ini menitik beratkan aspek kegempaan regional yang dapat berpengaruh terhadap respons spectra atau percepatan tanah maksimum serta desain koefisien gempa dasar dan penentuan tinggi bangunan pada perhitungan awal yang diambil dari nilai periode respon spectra. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menghitung nilai kegempaan yang terjadi pada daerah Tiaka terutama untuk desain gaya horizontal yang lebih efisien bila dibandingkan dengan peninjauan kegempaan dengan menggunakan peraturan SNI 1726-2002 dan aplikasinya dapat dilakukan dengan metode Statik Ekivalen
Kata kunci : Aspek kegempaan, respons spectra atau percepatan tanah maksimum, periode
STUDI PERBANDINGAN KOEFISIEN GEMPA DASAR ( C ) ANTARA SNI 1726 – 2002 DENGAN TINJAUAN SECARA MIKROZONASI UNTUK WILAYAH SURABAYA TIMUR
ABSTRAKSI
Negara kita merupakan negara yang mempunyai tingkat kegempaan yang cukup besar di dunia, hal ini dikarenakan adanya tabrakan 3 lempeng tektonik yang besar di negara kita yaitu lempeng Euresia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasific, dari aktivitas tabrakan antar lempeng tersebut maka sebagian wilayah negara kita sering mengalami gempa bumi Pada peraturan gempa SNI – 1726 tahun 2002 wilayah surabaya berada pada zonasi ke-2, pada peraturan gempa peninjauan kegempaan masih sangat makro sehingga diperlukan pendetailan secara mikrozonasi yang mendapatkan nilai percepatan tanah maksimum dan koefisien gempa dasar (C) untuk daerah Surabaya Timur. Pada analisa perbandingan maka didapatkan perbedaan percepatan gelombang gempa yang terjadi di batuan dasar dan permukaan tanah di mana pada SNI 1726 – 2002 didapatkan percepatan puncak gelombang gempa pada batuan dasar 0.1 g dan hasil penelitian didapatkan sebesar 0.095383 g, untuk percepatan gelombang gempa pada permukaan tanah untuk SNI 1726 – 2002 pada tanah lunak ditetapkan 0.2 g dan untuk tanah sedang ditetapkan 0.15 g, sedangkan untuk hasil penelitian percepatan gelombang gempa yang terjadi pada permukaan tanah dibagi menjadi 4 zona, yaitu : Zona A = 0.243 g – 0.21 g untuk Zona B = 0.21 g – 0.180 g, Zona C = 0.180 g – 0.150 g , dan untuk Zona D = 0.15 g – 0.10 g ke empat zona tersebut di atas di untuk tanah lunak, dan untuk tanah sedang sebesar 0.147 g
Kata Kunci : Makrozonasi, Mikrozonasi, Percepatan Batuan Dasar, Percepatan Tanah Lunak, Percepatan Tanah Sedang, Zona A, Zona B, Zona C dan Zona D
STUDI PENANGGULANGAN LONGSOR TEBING SUNGAI BARITO DESA MONTALLAT KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH
ABSTRAK
Longsor didefiniskan sebagai suatu pergerakan massa tanah dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah untuk mencari keseimbangan baru. Lokasi penelitian di desa Montallat kabupaten Barito Utara Propinsi Kalimantan Tengah. Dari hasil penyelidikan tanah baik berupa sondir, bor dalam dan geolistrik 2 dimensi didapatkan kedalaman batuan pada 7.5 meter dengan NSPT 60, qc 240 kg/cm2 dan r 54306 ohm meter dan memiliki jenis tanah berupa Pasir kelanauan. Untuk hasil analisa kelongsoran didapatkan nilai SF (safety factor) 1.021 pada kondisi sungai barito pasang ke surut. SF 1.021 merupakan kondisi kritis maka diperlukan perbaikan tebing untuk meningkatkan SF, untuk itu digunakan bore pile beton untuk perbaikan tebing dengan diameter 20 cm yang terdiri dari 3 buah tiang di atas dan 3 buah di bawah kaki tebing, sehingga dapat meningkatkan SF dari 1.021 menjadi 1.67. Penelitian ini digunakan software plaxis untuk menganalisa longsor dan perkuatan tebing dengan pemodelan tanah Hardening Soil Model.
Studi Interaksi Tanah Dan Struktur Akibat Longsor Serta Pemilihan Rekomendasi Antara Sheet Pile Dan Bore Pile Beton ( Studi Kasus Penanganan Longsor di Jl Kalimantan Gang Mandau Kota Palangka Raya)
Abstrak
Longsor merupakan fenomena yang terjadi pada talud yang tidak memiliki gaya menahan yang kecil dibanding gaya pendorongnya. Longsor yang terjadi pada daerah Gang Mandau Jl. Kalimantan merupakan longsor yang harus mendapat perhatian serius, mengingat kondisi tanah yang ada pada daerah tersebut adalah pasir lepas hingga kedalaman 8 meter dengan nilai tekanan ujung sondir, qc = 0-2 kg/cm2. Pemilihan rekomendasi desain yang umum digunakan dalam penanganan longsor adalah sheet pile dan bore pile menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian ini, input gaya yang terjadi pada struktur sheet pile dan bore pile didapatkan dari analisa interaksi tanah dan struktur, gaya rembesan air serta perilaku sheet pile dan bore pile pada saat menerima pembebanan yang terjadi akibat adanya gaya dorong tanah yang ada dibelakang struktur tersebut. Dari hasil analisa maka direkomendasikan penggunaan bore pile, hal ini dikarenakan gaya gaya yang terjadi seperti deformasi, momen yang terjadi pada struktur sheet pile lebih besar dari bore pile, selain gaya gaya dalam pengaruh terhadap koefisien rembesan sheet pile memiliki angka yang lebih besar dibanding bore pile terhadap adanya piping di bawah struktur masing masing bangunan tersebut
PREDIKSI GEJALA AWAL LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN GEOLISTRIK 2 DIMENSI KONFIGURASI WENNER ( STUDI KASUS DAERAH JL KALIMANTAN GANG MANDAU KOTA PALANGKA RAYA
Abstrak
Longsor merupakan suatu fenomena alam yang bisa dijumpai di seluruh dunia, longsor merupakan pergerakan massa tanah dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah untuk mencari keseimbangan baru. Dalam ilmu geoteknik tanah mengalami longsor ketika memilki nilai perbandingan antara gaya penahan berbanding gaya pengerak lebih kecil dari 1 (<1) atau memiliki nilai safety factor < 1. Analisa longsor yang digunakan dalam ilmu geoteknik terutama analisa Limit Equilibrium Method (LEM) dengan bentuk kelongsoran diasumsikan berbentuk cyrcular. Metode LEM memiliki kelemahan yaitu tidak dapat mendeteksi adanya pegerakan air dalam tanah yang dapat menyebabkan menurunnya tegangan geser tanah dan tentu saja bentuk kelongsoran yang terjadi di lapangan belum tentu berbentuk cyrcular. Untuk mendeteksi pergerakan air dalam tanah digunakan alat geolistrik dengan konfigurasi Wenner, di mana hasil akuisi datanya dapat mengambarkan bentuk pergerakan air dalam tanah dan bentuk dari longsor serta nilai resistivitas dari tanah yang diperkirakan menjadi tempat bidang gelincir dari longsor. Lokasi pemilihan tempat penelitian di Jl. Kalimantan tepatnya di Gang Mandau Kota Palangka Raya, pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas sejarah kelongsoran yang pernah terjadi pada lokasi tersebut
Our Visitors
Total Pengunjung: 503586
Dari Tanggal 11 Januari 2012